March 6, 2011

Alfalfa

Alfalfa atau yang dalam bahasa latinnya disebut Medicago sativa adalah sejenis tanaman herba tahunan dengan ciri berakar tunggang, batang menyelusur tegak dari dasar kayu dan tingginya berkisar 30-120 cm, serta daun tersusun tiga.

Tangkai daun berbulu dan berukuran 5-30 mm. Kedalaman akar alfalfa dapat mencapai 4 meter. Saat memulai perkembangan batang, tunas aksiler di bagian bawah ketiak daun akan membentuk batang sehingga mahkota pada bagian dasar menjadi pangkal dan tunas aksiler di atas tanah membentuk percabangan. Perbungaan tersusun pada tandan yang padat dengan bunga kecil berwarna kuning atau ungu.

Tumbuhan ini mampu hidup hingga 30 tahun, bergantung dari keadaan lingkungan. Alfalfa juga memiliki bintil (nodul) akar yang mengandung bakteri Rhizobium meliloti sehingga dapat menambat atau mengikat nitrogen dari atmosfer untuk keperluan tumbuhan.
Alfalfa bisa dibudidayakan bersamaan dengan beberapa tanaman lain, seperti kembang telang (Clitoria ternatea), Cenchrus ciliaris, Macroptilium bracteatum, dan lain-lain. Tanaman alfalfa lebih tahan terhadap kekeringan bila dibandingkan tanaman kacang-kacangan lainnya. Hal ini dikarenakan akar yang panjang dan tanaman memiliki kemampuan melakukan dormansi (tidak aktif) saat musim kemarau yang parah. Saat mencapai kelembaban tertentu, alfalfa dorman dapat kembali aktif. 



Tumbuhan ini memerlukan waktu penyinaran yang panjang. Perkebangan perbungaan dari setiap kultivar alfalfa bisa berbeda satu dengan lainnya karena lama penyinaran yang diperlukan juga berbeda. 

Alfalfa tahan terhadap herbisida seperti benazolin, bentazon, dan asam 2,4-Diklorofenoksiasetat. Apabila ingin menanam alfalfa saja (monokultur), terutama pada musim hujan, dapat digunakan propizamida untuk mencegah pertumbuhan gulma yang mengganggu.

Pada tahap pembenihan, irigasi umumnya diperlukan. Untuk mencegah hama dan penyakit, penyemprotan fungisida dan insektisida diperlukan dalam masa penanaman. Beberapa agen penyebab penyakit pada alfalfa adalah Xanthomonas alfalfa, Alternaria solani, Fusarium oxysporum, Rhizoctonia solani, Phytophthora megasperma, dan Uromyces striatus. Pada waktu panen, biji-bijian biasanya disemprot dengan pengering tanaman untuk mempercepat pengeringan. Waktu panen yang tepat adalah ketika polong-polongan berisi biji sudah 65-75% berwarna coklat gelap.

Alfalfa dimanfaatkan sebagai pakan ternak untuk sapi perah dan sapi potong, domba, kelinci dan kambing. Selain itu Alfalfa juga digunakan untuk rotasi tanaman pangan karena alfalfa bisa mengikat kandungan nitrogen, memperbaiki struktur tanah, dan mengontrol gulma untuk tanaman berikutnya yang akan dibudidayakan. 
Sebagai pakan ternak, tanaman ini memiliki kandungan protein, vitamin, dan mineral yang tinggi. Untuk melakukan budidaya alfalfa, Selama masa aktif pertumbuhannya, alfalfa tidak membutuhkan tanah yang basah.

Budidaya alfalfa sebagai pakan ternak dilakukan untuk beberapa tujuan, yaitu penggembalaan dan konservasi. Alfalfa dapat ditanaman sendiri ataupun sebagai campuran di antara rumput tropis dan sub-tropis. Bibit alfalfa juga banyak ditanaman sebagai kecambah untuk makanan manusia.

Alfalfa banyak diproduksi karena nilai nutrisi dan produksinya yang menguntungkan, selain itu tanaman ini juga disebutkan memiliki rasa yang enak. Dibandingkan dengan pakan ternak dari tanaman lainnya, alfalfa memiliki kandungan protein dan kalsium yang tinggi, tetapi energi termetabolisme dan kadar fosfor di dalamnya relatif rendah. Alfalfa juga termasuk berserat rendah sehingga mudah mencapai rumen (perut besar) dan mudah dicerna oleh hewan ternak.

Dengan pemberian irigasi, tanaman alfalfa dapat memproduksi 25-27 ton per hektar kadar kering pada tahun pertama dan turun hingga 8-15 ton per tahun pada tahun ketiga. Produksi tersebut bergantung pada densitas tanaman, tingkat resistensi hama dan penyakit, aktivitas di musim dingin, dan hujan yang mempengaruhi kelembaban tanah. Dengan hasil produksi tersebut, penanaman alfalfa dapat meningkatkan produksi susu pada sapi. Alfalfa yang tumbuh sepanjang tahun ini juga mencegah terjadinya defisiensi (kekurangan) energi pada ternak dan memperbaiki atau meningkatkan padang rumput.

sumber:  kelinci hias

0 comments:

Post a Comment